Sabtu, 14 Januari 2012

Bangun Tidur






Oleh Nasruloh

“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami kembali sesudah kami mati, dan hanya kepada-Nya lah kami akan kembali.” (HR. Bukhari)



Saat tersadar dari tidur apa yang pertama terlintas dalam pikiran? Cobalah menginventarisirnya, ini sangat penting untuk mengetahui obsesi hidup, perasaan dan pemikiran yang sedang berkecamuk dalam jiwa. Saat bangun tidur kesadaran belum optimal, sehingga yang pertama kali muncul adalah apa yang sedang mendominasi alam bawah sadar manusia. Untuk menilai siapakah diri kita sebenarnya, ingatlah lintasan pemikiran yang pertama kali muncul saat bangun tidur.



Islam menstandarkan kebaikan kualitas pribadi manusia dengan melihat apa yang diingat dan diucapkan saat bangun tidur. “Alhamdulilah” Segala puji bagi Allah adalah kalimat pertama yang terlintas dalam pikiran orang yang beriman. Ia merasakan, saat ruh kembali ke dalam raga itulah nikmat pertama terbesar yang layak untuk disyukuri dan dirayakan. Saat terbangun, keceriaan muslim seperti keceriaan pedagang melihat peluang bisnis yang menguntungkan, keceriaan pelantun lagu disodorkan lirik lagu baru, keceriaan artis disondorkan kontrak main film. Ia melihat peluang dan harapan besar untuk menciptakan masa depan kehidupan dunia dan akhirat yang lebih baik dan bernilai, ada peluang beribadah, peluang bertaubat, peluang beramal soleh, memperbaharui keikhlasan, mendayagunakan kebaikan dan meminimalisir keburukan. Peluang dan harapanlah yang membuat hidupnya lebih bergairah.





Banyak peyesalan dan rintihan abadi manusia saat ruh tidak kembali ke raga. Rintihan yang menyayat jiwa bagi yang mendengarnya, rintihan yang tidak dapat ditebus oleh apapun walau ditukar oleh seluruh mutiara yang ada dialam semesta ini. Tidak ada penolong, tidak ada yang mau menolong dan tidak bisa ditolong. “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.” (QS. Ali Imran [3] : 91).



Sumpah, perjanjian yang selama didunia dijadikan bukti sebuah komitmen dan keinginan yang kuat untuk meyakinkan orang lain, ternyata tidak merubah rintihan yang sedang diderita, “maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman." (QS. Ash-Shu'ara [26] : 102)



Sudah tidak ada lagi harapan dan peluang, kepedihan jiwa yang sangat dalam adalah saat tiada lagi harapan.

Putus harapanlah yang membuat manusia sadar menjadi gila, gelap mata, mati kegairahan hidupnya bahkan bunuh diri, kalau kejadiannya di akhirat bagaiaman? Inilah siksaan yang teramat pedih, “Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), ‘Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal shaleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin’.” (QS. As-Sajdah [32] : 12)



Mengucapkan pujian tidaklah cukup, harus ada realisasi dari deklarasi kesyukuran tersebut. Caranya dengan berfikir ke akhir dalam memulai langkah awal dan merencanakan tahapan proses amal soleh dengan semangat hanya kepadaNyalah manusia akan kembali. “Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan’.” (QS. At-Taubah [9] : 105).



Berfikir ke akhir sangat penting agar mengetahui gambaran ideal yang akan dibangun. Segala motivasi, keinginan, pemikiran, kemauan, tindakan teroptimalkan mengarah pada gambaran ideal tersebut. Berfikir ke akhir selalu dimunculkan dalam berbagai ayat dalam surat-surat di al-Qur'an, Zikir dan doa, berupa gambaran fenomena kematian, hari akhir, surga, neraka, dan keridhaan Allah agar membangunkan kesadaran, memelihara kesadaran, menanamkannya dalam jiwa dan pikiran manusia sehingga memenuhi pikiran alam sadar dan pikiran diluar sadar manusia. Dengan cara inilah lintasan niat dan perasaan manusia terdorong menuju kebaikan. Inilah asal muasalnya sebuah kebaikan yang terus ditumbuhkan dalam Islam.



Sepantasnya lah kita memohon saat bangun tidur dengan doa nabi Musa yang merintih kepada Allah dengan sebuah harapan besar, “Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS. Al-Qasas [28] : 24). Semoga bangun tidur kita adalah saat untuk merasakan harapan menciptakan masa depan dan awal membuat gambaran kehidupan yang akan dijalani.


sumber : www.eramuslim.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk meninggalkan komentar, di bagian "Beri komentar sebagai:" yg ada di bawah, pilih opsi "Name/URL", kemudian isi nama anda pada kolom "Nama" & isi alamat website/blog/link anda pada kolom "URL" (bila tidak ada bisa dikosongkan) lalu klik "Lanjutkan". Setelah itu tulis komentar anda, jika sudah klik "Poskan Komentar" (di pojok kiri bawah). Terakhir, masukan kode acak yg tertera di gambar, lalu klik "Poskan Komentar"