Senin, 19 Desember 2011

KIMOCHI, Tokyo, Bahas Tafsir dan Belajar Bahasa Arab Asia




dakwatuna.com – Masjid As-Salaam, Okachimachi, Tokyo kembali semarak dengan aktivitas mahasiswa dan pekerja Indonesia yang ada di Tokyo dan sekitarnya. Sebuah kajian dua mingguan dengan nama Kajian Islam Okachimachi (KIMOCHI), kembali dihelat di tengah cuaca jepang yang sudah mulai dingin.

Seperti pengajian sebelumnya, KIMOCHI kali ini (18/12) terdiri dari dua bagian: Kajian Tafsir yang diisi oleh KH. Jailani Abdussalam, LC, MA dan Pemaparan prinsip-prinsip dasar dalam Bahasa Arab oleh Ust. Abdurrohman.

KH. Jailani Abdussalam memberikan penjelasan seputar Tafsir Surat Al Baqarah: 178-186. Secara umum ayat-ayat ini membahas mengenai beberapa jalan menuju ketaqwaan, di antaranya tersebut dalam tiga hal: Qishas, Wasiat dan Puasa.

Qishos artinya mengikuti, dalam arti bahwa pelaku kejahatan dibalas seperti perbuatannya, apabila membunuh maka dibalas dengan dibunuh. Qishos bisa dibatalkan dengan syarat dimaafkan oleh keluarga atau ahli waris serta membayar diat setara 100 onta. Pembatalan qishos merupakan satu bentuk keringanan dari Allah. Dalam Qishos ada kehidupan, dengan melaksanakan hukum qishos maka akan menyelamatkan manusia dari pembunuhan. Karena dengan hukuman qishos maka orang berfikir panjang untuk membunuh. Qishos merupakan keputusan jamaah bukan individu, yang berarti qishos merupakan keputusan pengadilan. Untuk pembunuhan yang tidak sengaja atau untuk membela diri maka tetap wajib membayar diat, dengan catatan semua keputusan ‘apakah pembunuhan itu disengaja atau tidak’ harus dibuktikan dengan fakta yang selanjutnya diputus oleh pengadilan.


Selanjutnya, Imam Masjid Hiroo Tokyo ini juga memberikan penjelasan seputar kewajiban membuat wasiat bagi mereka yang telah datang ‘tanda tanda’ kematian padanya. Batasan harta yang seseorang diwajibkan untuk membuat wasiat adalah minimal 60 dinar dan besarnya tidak boleh lebih dari 1/3 jumlah harta. Wasiat ini tidak boleh melanggar atau mengambil hak dari ahli waris pihak yang meninggal serta tidak boleh diberikan kepada ahli warisnya. “Ayat ini tidak berlaku untuk ahli waris, karena sudah diganti hukumnya dengan ayat tentang waris di surat An Nisaa :11″ jelas Pembicara pertama ini. Penjelasan tentang wasiat kemudian dilanjutkan dengan pembahasan ayat ayat berikutnya yang berbicara seputar wajibnya berpuasa dalam Bulan Ramadhan.

Sementara itu, pemateri kedua yang membawakan tema tentang prinsip dasar Bahasa Arab, membuka materinya dengan membawakan Kisah Utbah bin Rabiah, seorang ahli syair dan sihir dari golongan musyrikin yang tersebut dalam tafsir Ibn Katsir surat Fushilat ayat 1 sampai ayat sajadah. Utbah diutus oleh kaumnya untuk menemui Rasulullah supaya menghentikan dakwah dengan menawarkan harta, kekuasaan, kerajaan, dan jika kena sihir akan dicarikan tabib sampai sembuh. Kemudian Rasul yang mulia membacakan surat Al Fushshilat, mendengar itu Utbah sangat takjub tidak bisa berkata apa2 mendengar surat yang dibacakan Rasul. Utbah kembali kepada kaumnya dengan wajah yang berbeda dari sebelum bertemu dengan Rasul seraya mengatakan bahwa itu bukan sihir atau mantra, serta mengatakan tidak akan ada yang bisa menghalanginya, kalaupun bangsa Arab bisa dikalahkannya maka kemenangannya adalah kemenangan bangsa Arab juga. Kisah ini sengaja disampaikan untuk menunjukkan keistimewaan bahasa Arab sebagai bahasa Al Quran. Beberapa alasan kuat mempelajari bahasa Arab serta karakteristik khas dari bahasa Arab dijelaskan dengan sangat menarik. “Semoga materi ini mampu memacu kita untuk mempelajari Bahasa Qur’an ini” tegas Ust Abdurrrahman di akhir sesi kedua KIMOCHI ini.

Dijumpai di acara makan bersama selepas kajian ini, Fithra Faisal, salah seorang Panitia Pengarah bercerita bahwa pengajian Kimochi ini terselenggara atas inisiatif para peserta Dauroh Tsukuba III yang diadakan setahun lalu. Keinginan kuat para mahasiswa dan pekerja dari berbagai daerah di Tokyo dan sekitarnya, seperti Tsukuba, Ibaraki, Saitama dan Chiba untuk memiliki pengajian rutin dua pekanan, menjadi alasan kuat bagi Forum Kajian Islam Tokyo dan Sekitarnya (FORKITA) untuk istiqamah mengadakan Pengajian Kimochi yang akan genap berumur setahun pada Januari mendatang ini.

Melihat besarnya antusias mahasiswa dan pelajar dalam mengikuti Daurah Tsukuba sebelumnya, yang dibuktikan dengan jumlah peserta Daurah Tsukuba III sebanyak 87 orang, maka di penghujung tahun ini, FORKITA akan kembali mengadakan Daurah Tsukuba IV yang akan diselenggarakan di Masjid Tsukuba, bekerja sama dengan Forum Komunikasi Masyarakat Muslim Indonesia Tsukuba (FKMIT). (lmjaelani)

1 komentar:

Untuk meninggalkan komentar, di bagian "Beri komentar sebagai:" yg ada di bawah, pilih opsi "Name/URL", kemudian isi nama anda pada kolom "Nama" & isi alamat website/blog/link anda pada kolom "URL" (bila tidak ada bisa dikosongkan) lalu klik "Lanjutkan". Setelah itu tulis komentar anda, jika sudah klik "Poskan Komentar" (di pojok kiri bawah). Terakhir, masukan kode acak yg tertera di gambar, lalu klik "Poskan Komentar"