Rabu, 24 Agustus 2011

Celakalah orang Yang beriman part2...........


Ketika Mush’ab Bin ‘Umair رضي الله عنه datang ke Madinah selepas hijrah dari Habasyah, berubahlah kondisinya. Ia bukan Mushab yang dulu lagi…
Dulu ia selalu memakai pakaian mewah yang mengundang decak kagum orang, tapi sekarang ia memakai pakaian yang usang dan penuh tambalan.
Dulu ia berambut indah menawan beroleskan minyak rambut, namun saat ini rambutnya kusut dan kusam, tidak beraturan.
Dulu kulitnya lembut dan halus, tapi kini menjadi tebal dan kasar…
Penampilannya yang berubah membuat sebagian para shahabat Nabi menundukkan kepala dan memejamkan mata. Tak kuasa mereka menahan air mata karena ibanya memandang Mush’ab. Ia harus merasakan cobaan yang demikian berat demi mempertahankan hidayah yang telah ia rasakan.
Dan wafatnya pun ditangisi..
Abdurrahman Bin Auf رضي الله عنه pernah disajikan makanan dan ketika itu ia sedang berpuasa (nafilah). “Mush’ab Bin ‘Umair terbunuh dalam perang uhud, ” katanya, “Padahal ia lebih baik dariku. Ia dikafani dengan sehelai kain burdah yang bila ditutup kepalanya, tampaklah kakinya dan bila ditutup kakinya, tampaklah kepalanya… ” tak sanggup lagi ia menahan kenangan itu, maka ia pun menangis tersedu-sedu dan meninggalkan makanan yang sudah dihidangkan untuknya. (HR. Bukhari no.1216)
Maka sesuci apakah hatimu dibandingkan mereka, saudaraku? Sebersih apakah dirimu sehingga merasa tak layak menerima cobaan?

Ujian Itu Pembuktian

Seandainya Allah tidak memberikan cobaan kepada seorang hamba karena keimanannya, lantas apa bedanya orang yang tulus beriman dengan yang sekedar pura-pura? Apa bedanya orang yang di atas kebenaran dengan para pengusung kebatilan? Sebab, sudah menjadi ketetapan Allah terhadap orang-orang beriman bahwa mereka, mau tak mau, akan menerima cobaan dan ujian.
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan begitu saja mengatakan: ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang jujur (dalam keimanan) dan mengetahui pula orang-orang yang dusta. “ (QS. Al-Ankabut: 3)


Ketahuilah saudaraku, cobaan dari-Nya itu bisa berupa kesenangan atau kesulitan, kelapangan atau kesempitan, kekayaan atau kemiskinan dan berbagai bentuk fitnah dan ujian. Maka beruntunglah orang yang menahan hatinya dari marah, menahan lisannya dari meradang dan menahan tangannya agar tetap dalam ketaatan kepada Allah عز وجل. Tidaklah ia mengadukan kesedihan dan kegundahannya itu melainkan hanya kepada Rabbnya.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin karena segala perkaranya itu baik. Dan tidaklah itu didapati kecuali dari seorang mukmin. Jika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika tertimpa kesulitan, ia bersabar, dan itu baik pula baginya.” (HR Muslim no. 2999)

“Besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya Allah jika mencintai suatu kaum, pasti Dia akan menguji mereka. Maka siapa yang ridha terhadap ujian tersebut, baginya keridhaan-Nya dan siapa yang murka, baginya kemurkaan-Nya ”. (HR. Tirmidzi no. 2396)
“Tidaklah seorang mukmin ditimpa keletihan, sakit, kegundahan, kesedihan, rasa sakit dan tidak pula kepiluan sampai duri yang menusuknya melainkan Allah hapuskan dosa-dosanya dengan sebab itu semua. “(HR. Bukhari no. 5641 dan Muslim no. 2574)
Dan ketahuilah pula, seberapapun besar dan dahsyatnya cobaan yang kamu rasakan, itu sesuai dengan kadar kemampuan dan keimananmu.
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. “ (QS. Al-Baqarah: 286)
Sa’d bin Abi Waqqash رضي الله عنه bertanya, “Wahai Rasulullah siapakah orang yang paling besar cobaannya? Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab, “Para Nabi lalu orang-orang saleh lalu yang setelahnya dan setelahnya dari keumuman manusia. Seorang hamba diberi cobaan sesuai kadar keimanannya. Bila imannya kuat, ditambahlah cobaan untuknya dan bila imannya lemah diringankanlah cobaannya. Maka tiada henti bala menimpa seorang hamba sampai ia berjalan di muka bumi tanpa memiliki sedikitpun dosa. “ (HR. Tirmidzi no. 2398 dan Ibnu Majah no. 4023)
Maka, siapkah kamu menerima ujian? Maukah dirimu tunduk dan rida dengan cobaan?

Sumber :eramuslim.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk meninggalkan komentar, di bagian "Beri komentar sebagai:" yg ada di bawah, pilih opsi "Name/URL", kemudian isi nama anda pada kolom "Nama" & isi alamat website/blog/link anda pada kolom "URL" (bila tidak ada bisa dikosongkan) lalu klik "Lanjutkan". Setelah itu tulis komentar anda, jika sudah klik "Poskan Komentar" (di pojok kiri bawah). Terakhir, masukan kode acak yg tertera di gambar, lalu klik "Poskan Komentar"