Minggu, 12 Juni 2011

Kacamata Toleransi

Oleh : Heru Wicaksono (Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

“Toleransi antar umat beragama” suatu kalimat yang indah, namun agaknya sulit untuk dipraktekan secara menyeluruh di setiap lapisan masyarakat kini. Mengingat beragam kepercayaan di masyarakat yang menuntut kita agar mau tidak mau, kita mampu berinteraksi dengan baik dengan orang lain. Kemampuan kita berinteraksi dengan orang lain, yang memiliki kepercayaan lain sangatlah penting. bilamana gagal, sudah barang tentu konflik akan terjadi. Contohnya yang paling menyedihkan mungkin Poso dan Ambon, dimana nyawa seakan tidak berharga sama sekali. Terlepas dari segala penyebab konflik antar etnis tersebut, ada baiknya kita melihat sejarah kebelakang. sejarah tantang bagaimana hidup bertoleransi yang sebenarnya, yang pernah ditorehkan oleh orang orang terbaik yang pernah hadir didunia ini.

Salauddin Al Ayyubi, ketika menaklukkan kota suci (Al Quds), tidak setetes pun darah membasahi bumi syam ketika ia mampu mengepung para pasukan salib dan warga nasrani. Bahkan ketika ia mengambil alih kota itu, ia hanya berkata bahwa keselamatan kaum nasrani akan di jamin oleh kaum muslim bila ingin tetap tinggal di Al Quds dan menaati peraturan yang ada, atau mereka boleh keluar dari Al Quds dengan selamat. Luar biasa, mengingat salauddin telah menaklukan kota tersebut secara de facto, juga akan genangan darah yang telah pasukan salib buat dari darah kaum muslim, ketika menaklukan kota yang sama dari tangan umat islam.

Juga tentang sang amirul mukmin Umar Ibn Khattab, sang khalifah yang “mantan preman” bahkan bersikap adil kepada seorang yahudi sekalipun. Dan puncaknya manusia yang paling toleran terhadap orang lain,adalah Nabi Muhammad SAW. Kita dapat belajar Bagaimana beliau mengatur tentang toleransi yang begitu indah lewat piagam Madinah yang ia buat. Dan juga Masih banyak lagi keteladanan keteladanan yang diajarkan oleh para pendahulu kita dan kini dicatat sebagai sejarah.

Bila Mengingat sejarah yang terasa indah tersebut, rasanya terlalu lucu bilamana kaum muslim harus diajari tentang bagaimana bertoleransi.

Pluralism agama?
Lalu kemudian timbul pertanyaan, bagaimana dengan pluralism agama yang digadang gadang sebagai salah satu sarana kita untuk bertoleransi?. Bila kita ingin membahas tentang pluralism agama secara satu persatu , diperlukan satu bab tersendiri untuk itu, dikarenakan pembahasan yang begitu banyak.

Tapi inti dari seluruh pembahasan tentang pluralism agama adalah, pluralism agama merupakan suatu paham yang menyatakan bahwa pada hakikatnya semua agama adalah sama. Sama sama menyatakan bahwa semua agama mengajarkan kebaikan dan kebenaran, dan sama sama tidak mengajarkan kejahatan. Sehingga memiliki kesimpulan bahwa semua agama tidak ada yang memiliki kebenaran yang mutlak, atau dengan kata lain keyakinan merupakan sesuatu yang relative. Tapi lucunya, pluralism agama sendiri malah menempatkan dirinya sebagai suatu kebenaran yang sesungguhnya.

Dapat kita ambil kesimpulan dari pernyataan diatas bahwasannya tujuan utama dari adanya pluralism agama adalah penghapusan seluruh agama yang ada didunia, atau minimal menghilangkan ruh/kekuatan dari agama itu sendiri.

Sedangkan bagi kita yang merupakan seorang muslim, inti dari keyakinan kita adalah Tauhid. Kita percaya bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah, dan agama yang Allah ridhoi hanyalah islam, titik. Itu sudah jadi suatu yang elmenter dan mendasar bagi kita untuk bertindak dan berfikir.

Bila mana kita percaya bahwa bukan hanya agama islam saja yang benar, dan meyakini bahwa semua agama adalah benar, maka perlu dipertanyakan ke-Tauhidan di hatinya. Sekecil apa pun noda yang mengotori ketauhidan maka hasilnya akan sangat fatal.

Bila kita ingin menganalogikan hal diatas dengan suatu contoh kasus yang lebih simple dan umum. Dapat kita ambil, misalnya mengenai rasa cinta kita terhadap pasangan kita, juga sebaliknya . suatu ketika kita memuji cantik perempuan lain yang bukan merupakan pasangan kita. dapat di pastikan bahwa pasangan kita akan merasakan cemburu yang sangat luar biasa. Itu baru memuji, belum menduakannya.

Lalu bagaimana dengan Allah? Jikalau seorang wanita saja bisa terluka hatinya bila kita memuji selain dia.

Itu lah sebabnya, mengapa kita sebagai seorang muslim, harus memiliki Islamic worldview yang mapan terlebih dahulu sebelum merumuskan suatu masalah yang ada disekitar kita.

Kemudian bila disintegrasi social dijadikan sebagai sebuah alasan dan ketakutan oleh seseorang, terhadap keyakinan yang kita pegang dengan kuat sebagai seorang muslim. rasanya orang tersebut belum pernah membaca sejarah mengenai pendahulu pendahulu islam dengan benar. Sejarah Tentang Islam sebagai Rahmatan lil alamin yang sesungguhnya. sejarah tentang pengaplikasian lakum dinnukum waliyaddin dengan benar.

Dan terakhir, tetap lah untuk berhati hati. karena tidak selamanya slogan slogan yang terdengar indah ditelinga seperti pluralism agama, berbanding lurus dengan tak menggangu ke-Tauhidan kita sebagai seorang muslim. juga mengenai pemahaman kita tentang pluralism agama. yang sebenarnya sangat lah berbeda, dengan pluralitas yang harus kita hargai ditengah tengah masyarakat.

Wallahu Allam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Untuk meninggalkan komentar, di bagian "Beri komentar sebagai:" yg ada di bawah, pilih opsi "Name/URL", kemudian isi nama anda pada kolom "Nama" & isi alamat website/blog/link anda pada kolom "URL" (bila tidak ada bisa dikosongkan) lalu klik "Lanjutkan". Setelah itu tulis komentar anda, jika sudah klik "Poskan Komentar" (di pojok kiri bawah). Terakhir, masukan kode acak yg tertera di gambar, lalu klik "Poskan Komentar"