Tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa internet adalah termasuk media tercepat dan termurah
untuk menyebarkan informasi. Dalam satu kali klik, seluruh indonesia dapat
mengakses informasi yang kita berikan. Dan hal ini tentu saja menimbulkan dua
kemungkinan, yaitu menjadi potensi yang sangat baik atau menjadi potensi yang
sangat buruk. Oleh karena itu, ada beberapa rambu-rambu yang perlu diperhatikan
dalam memanfaatkan internet sebagai sarana penyebaran informasi.
1. Hendaknya informasi yang kita kirimkan adalah yang benar,
dibutuhkan dan untuk umum
Ada banyak informasi
yang ada disekeliling kita, sebagian informasi tersebut ada yang benar,
meragukan atau salah sama sekali. Seorang yang mendakwahkan Islam harusnya
memberikan informasi ketika dia telah memastikan kebenaran informasi ini, dan
tidak menyampaikan informasi yang belum jelas kebenarannya sehingga akan
mengundang mudharat. Bila perlu, ia mencantumkan sumber dan link yang bisa
dibuka untuk informasi-informasi yang sensitif. Sehingga dengan adanya hal seperti
ini kita terhindar daripada fitnah dan menggunjing, serta merugikan
orang/kelompok lain. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ
فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا
بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ
نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang
beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah
dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu (QS
al-Hujuraat [49]: 6)
Setelah kita memastikan kebenaran berita itu, maka hal yang
harus kita pikirkan adalah “apakah informasi ini dibutuhkan?”. Karena ada
informasi yang tidak dibutuhkan tetapi terkadang tetap diposting dan disampaikan.
Hal seperti ini akan membuang waktu dan bisa jadi menyulut masalah yang lain.
Di facebook sering kita lihat sindrom semacam ini, seolah-olah update status
menjadi sesuatu yang wajib.
“Lagi melihat matahari terbit..”, lalu 5 menit lagi “Tidur
lagi ah..”, terus 1 jam berikutnya “saatnya pergi ke kampus”, 30 menit lagi
“ada pengemis di jalan, kesian banget deh..”, nggak lama kemudian “BRB, pergi
ke neraka dulu..”. Ada juga yang sibuk mengirimkan ucapan selamat, hug, smile,
kiss, love yang nggak penting seperti “Please accept this smile — I got it just
for you!”, atau “I got you a special ♥heart!” dan lain-lain
كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ
بِكُلِّ مَاسَمِعَ
Cukuplah bagi
seseorang berbuat dosa dengan menceritakan setiap apa yang didengarnya (HR.
Muslim)
Selanjutnya, kita juga harus membedakan informasi mana yang
hanya menjadi konsumsi internal dan informasi mana yang boleh menjadi konsumsi
publik. Kehati-hatian seharusnya menjadi asas seseorang dalam menyampaikan
informasi. Karena apabila informasi yang seharusnya menjadi konsumsi internal
ternyata bisa diakses juga oleh publik, maka ini menjadi sesuatu yang sangat
merugikan, bahkan sampai kepada tingkatan haram untuk menyebarkan informasi
yang seharusnya tidak boleh disebarkan.
Kisah Hatib bin Abi Balta’ah dapat kita jadikan contoh.
Ketika Rasulullah memerintahkan kaum muslim untuk merahasiakan tentang rencana
futuh makkah. Hatib yang tidak memiliki saudara yang dapat melindungi harta dan
kerabatnya akhirnya tergoda untuk menuliskan surat (menyampaikan informasi)
yang harusnya tidak disampaikannya. Walaupun akhirnya Allah dan Rasulullah
memaafkan tindakan Hatib yang lalai, tetap saja rasulullah memerintahkan Ali
bin Abi Thalib untuk mencegat perempuan yang membawa surat Hatib kepada penguasa
makkah agar jangan sampai rahasia itu jatuh kepada orang yang tidak berhak
mengetahuinya.
Rasulullah juga menyampaikan:
إِذَا حَدَّثَ الَّرجُلُ
بِاْلحَدِيْثِ ثُمَّ اْلتَفَتَ فَهِيَ
أَمَانَةٌ
“Bilamana seorang
membicarakan sesuatu kemudian dia menoleh kepadanya maka itu adalah amanah (HR.
Abu Dawud)
Dalam setiap gerakan dakwah, terdapat kerahasiaan dan
kehati-hatian. Dan hal ini harus benar-benar dipahami oleh setiap orang yang
berada di jalan dakwah. Maka setiap ummat muslim, khususnya pengemban dakwah
harus membiasakan untuk menyampaikan informasi yang perlu-perlu saja. Hal-hal
yang tidak perlu menjadi konsumsi publik tidak perlu di-posting. Dan segala
sesuatu yang bersifat rahasia tetap harus dijaga. Karena kehati-hatian dan
kewaspadaan lebih utama daripada terlanjur lalai.
2. Mengabarkan berita baik untuk berbagi kebahagiaan sah-sah
saja tapi jangan berlebihan
Allah menyampaikan di dalam al-Qur’an:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Dan terhadap nikmat
Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur) (QS
adh-Dhuhaa [93]: 11)
Artinya sah-sah saja seandainya kita mendapatkan nikmat atau
kebahagiaan dari Allah lantas kita menyampaikannya dan menceritakannya dengan
saudara-saudara kita dengan harapan mereka juga akan termotivasi dan bersyukur
pada Allah atas nikmat-nikmat yang juga mereka terima.
Tapi kita harus mengingat, bahwa tidak semua nikmat yang
kita rasakan dan kita dapatkan harus kita ceritakan dan pampang atau kita
posting. Maksudnya adalah kita hanya mem-posting yang perlu-perlu saja. Tidak
semua hal harus kita posting, berusahalah untuk memposting sesuatu yang akan
menginspirasi-memotivasi dan membagikan semangat, jangan terlalu berlebihan.
وَإِنَّ
أَبْغَضَكُمْ إِلَّي وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي
مِجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُوْنَ
“Dan sesungguhnya
orang yang paling aku dibenci dari kalian dan paling jauh dariku di hari kiamat
adalah orang yang banyak bicara (HR. Tirmidzi)
3. Menghindari menyebarkan berita yang mengundang mudharat
Yang paling banyak
kita temukan dalam posting di dunia maya adalah orang dengan niat yang baik
dalam memberikan informasi, namun dia tidak sadar bahwa perbuatannya itu malah
mengundang mudharat. Misalnya dengan posting:
“Teman-teman sekalian, ada situs yang sangat menghina Islam
disini: www.linknya-dipaste-lagi.com, kita harus mengambil langkah terhadap
penghinaan ini!”.
atau yang begini:
“Jaman sekarang ancur
banget, ada film yang judulnya –JUDULNYA DISEBUTIN LAGI- yang isinya banyak
banget tentang pornografi dan pornoaksi. Ada adegan dewasa euy disitu. Dunia
semakin parah deh”
Oklah, mungkin yang nge-pos berniat untuk memberikan
informasi, tapi tanpa sadar informasi yang dia sampaikan malah termasuk
menyebarkan fitnah itu sendiri, dan semakin banyak orang yang akhirnya
mengakses situs tersebut, lalu menyebarkannya kembali dan seterusnya. Apa
hasilnya?. Hasilnya sang pembuat situs tadi senang gembira melihat jumlah
visitornya yang melangit, lengkap dengan cacian yang paling seram yang bisa
dilakukan manusia disitu yang semakin membuatnya punya alasan untuk membenci
Islam dan menyudutkan Islam.
Kita harus ingat bahwa memberitahu seseorang tentang sesuatu
yang buruk bukan dengan mencontohkannya.
Masalahnya, banyak orang yang awalnya tidak mengetahui malah
jadi mengetahui dan mengakses situs-situs yang harusnya tidak boleh diakses.
Walaupun mungkin ada manfaat ketika kita menyebarkan informasi semacam ini,
tapi tetap saja menolak mafsadat lebih utama dari mendapat manfaat. Sesuai
kaidah yang berbunyi:
إَنَّ دَفْعَ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ
عَلَى جَلْبِ الْمَصَالِحِ
Sesungguhnya,
menghindari kerusakan, harus didahulukan dibanding mengambil manfaat.”
Jadi, ketika kita menemukan situs penghinaan terhadap Islam,
informasi yang mengundang mudharat atau semacamnya, lebih baik kita lansgung
tutup dan jangan pernah kembali. Tidak perlu membesar-besarkan dan
menyebarkannya. Karena justru itu yang diinginkan pembuatnya. Toh hal yang
semacam ini akan terus ada kapapnpun internet ada.
Kalau anda memiliki kekuasaan ataupun koneksi kepada orang
yang bisa menghentikan, maka cukuplah informasi ini diberikan padanya saja dan
tidak selain dia. Semua ini untuk menjaga agar fitnah tidak tersebar
kemana-mana.
4. Tidak berlebih-lebihan dalam memberikan informasi
Seringkali kita
menemukan banyak sekali hamilud dakwah yang justru ‘tebar pesona’ di setiap
posting atau informasi yang dia berikan. Membuat postingnya seolah-olah
terlihat ‘keren’, atau sesuatu yang diluar atau bukan kapasitasnya agar banyak
comment yang mampir dan mengaguminya.
إن من أحبكم إلي
وأقربكم مني مجلسا يوم
القيامة أحاسنكم أخلاقا , وإن
أبغضكم إلي وأبعدكم مني
مجلسا يوم القيامة الثرثارون
والمتشدقون والمتفيهقون
Diantara orang yang
aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku di hari kiamat adalah
orang yang baik akhlaknya. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan
paling jauh dariku di hari kiamat adalah ats-Tsartsarun (orang yang memaksakan
diri untuk memperbanyak perkataan), al-Mutasyaddiqun (orang yang bicaranya kesana-kemari
tanpa kehati-hatian) dan al-Mutafayqihun (orang yang sengaja memperluas cakupan
pembicaraan dan membuka mulut mereka dalam pembicaraan tersebut serta
memfasih-fasihkan/membagus-baguskan bahasanya dalam pembicaraan).
(Muttafaq‘alaih)
Maka usahakan dalam setiap posting dan informasi yang kita
berikan kita selalu berserah kepada Allah. Sama sekali tidak membuat-buat, atau
membesar-besarkan perkataan, atau membuat sesuatu yang dibagus-baguskan.
Kalaupun kita ingin memposting sesuatu yang menyemangati dan memprovokasi
semangat, maka lakukan dengan hati-hati.
5. Tidak bersikap lemah, membuka aib diri sendiri ataupun
orang lain dalam menyampaikan informasi
Saya rasa tulisan
menyangkut masalah ini sudah banyak dibuat, begitu banyak tulisan yang bernada
lebay, melo (melankolis) yang tidak seharusnya ditampilkan di posting. Ataupun
posting yang membuka aib pribadi dan hal-hal privat yang harusnya tidak ada di
ruang publik. Sehingga hal itu bisa mengundang fitnah kepadanya.
“sedang menunggu bidadari…”, “Malem jum’at enaknya ngapain
ya?”, “aku menanti kedatangan dirinya..”, “siapakah dia yang selama ini aku
rindukan..”, “aku tak mengerti siapakah aku saat ini”, “sedang mencoba
merengkuh bulan”, “Cuma kamu yang terbaik buat aku..terima kasih kamu sudah sayang
ama aku selama ini.. Mamah”, “Sudahlah…”, “Terimakasih Cinta….”, “Semua telah
berakhir…” (terus terang saya suka ngakak lalu nangis kalo baca posting/status
yang beginian)
Sedangkan Rasul telah memperingatkan kita untuk menjauhi
fitnah:
إن السعيد لمن جنب
الفتن
Sesungguhnya
kebahagiaan bagi siapa saja yang menjauhi fitnah (HR. Abu Dawud)
Walhasil, atas semuanya itu kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa posisi kita sebagai hamilud dakwha telah membawa kita pada suatu
kedudukan dan tanggung jawab yang lebih besar dan berat dibandingkan yang belum
berkomitmen dalam dakwah. Setiap kata-kata, posting, informasi yang kita
keluarkan akan diawasi dan dimonitor oleh semua pihak, baik yang suka ataupun
yang tidak suka. Karena itu lebih berhati-hatilah dalam memilih informasi mana
yang akan kita bagikan.
Dakwah memang sulit dan sudah sulit, jangan dibuat lebih
sulit lagi. Refreshing boleh, bercanda boleh, asal jangan berlebihan dalam
memanfaatkan dunia maya. Gunakan dunia maya sebagai wasilah untuk memperluas jangkauan
dakwah. Bagikan semangat Anda pada yang lain dengan kontribusi apapun. Insya
Allah semua yang kita lakukan di dunia maya termasuk kebaikan yang akan dicatat
oleh Allah.
Wallahu a’lam bi ash-shawab
Akhukum Fillah,
Felix Siauw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk meninggalkan komentar, di bagian "Beri komentar sebagai:" yg ada di bawah, pilih opsi "Name/URL", kemudian isi nama anda pada kolom "Nama" & isi alamat website/blog/link anda pada kolom "URL" (bila tidak ada bisa dikosongkan) lalu klik "Lanjutkan". Setelah itu tulis komentar anda, jika sudah klik "Poskan Komentar" (di pojok kiri bawah). Terakhir, masukan kode acak yg tertera di gambar, lalu klik "Poskan Komentar"