Oleh Nasruloh
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami kembali
sesudah kami mati, dan hanya kepada-Nya lah kami akan kembali.” (HR. Bukhari)
Saat tersadar dari tidur apa yang pertama terlintas dalam
pikiran? Cobalah menginventarisirnya, ini sangat penting untuk mengetahui
obsesi hidup, perasaan dan pemikiran yang sedang berkecamuk dalam jiwa. Saat
bangun tidur kesadaran belum optimal, sehingga yang pertama kali muncul adalah
apa yang sedang mendominasi alam bawah sadar manusia. Untuk menilai siapakah
diri kita sebenarnya, ingatlah lintasan pemikiran yang pertama kali muncul saat
bangun tidur.
Islam menstandarkan kebaikan kualitas pribadi manusia dengan
melihat apa yang diingat dan diucapkan saat bangun tidur. “Alhamdulilah” Segala
puji bagi Allah adalah kalimat pertama yang terlintas dalam pikiran orang yang
beriman. Ia merasakan, saat ruh kembali ke dalam raga itulah nikmat pertama
terbesar yang layak untuk disyukuri dan dirayakan. Saat terbangun, keceriaan
muslim seperti keceriaan pedagang melihat peluang bisnis yang menguntungkan,
keceriaan pelantun lagu disodorkan lirik lagu baru, keceriaan artis disondorkan
kontrak main film. Ia melihat peluang dan harapan besar untuk menciptakan masa
depan kehidupan dunia dan akhirat yang lebih baik dan bernilai, ada peluang
beribadah, peluang bertaubat, peluang beramal soleh, memperbaharui keikhlasan,
mendayagunakan kebaikan dan meminimalisir keburukan. Peluang dan harapanlah
yang membuat hidupnya lebih bergairah.
Banyak peyesalan dan rintihan abadi manusia saat ruh tidak
kembali ke raga. Rintihan yang menyayat jiwa bagi yang mendengarnya, rintihan
yang tidak dapat ditebus oleh apapun walau ditukar oleh seluruh mutiara yang
ada dialam semesta ini. Tidak ada penolong, tidak ada yang mau menolong dan
tidak bisa ditolong. “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang
mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di
antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang
sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak
memperoleh penolong.” (QS. Ali Imran [3] : 91).
Sumpah, perjanjian yang selama didunia dijadikan bukti
sebuah komitmen dan keinginan yang kuat untuk meyakinkan orang lain, ternyata
tidak merubah rintihan yang sedang diderita, “maka sekiranya kita dapat kembali
sekali lagi (ke dunia) niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman."
(QS. Ash-Shu'ara [26] : 102)
Sudah tidak ada lagi harapan dan peluang, kepedihan jiwa
yang sangat dalam adalah saat tiada lagi harapan.
Putus harapanlah yang membuat
manusia sadar menjadi gila, gelap mata, mati kegairahan hidupnya bahkan bunuh
diri, kalau kejadiannya di akhirat bagaiaman? Inilah siksaan yang teramat
pedih, “Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang
yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata),
‘Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke
dunia), kami akan mengerjakan amal shaleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang yakin’.” (QS. As-Sajdah [32] : 12)
Mengucapkan pujian tidaklah cukup, harus ada realisasi dari
deklarasi kesyukuran tersebut. Caranya dengan berfikir ke akhir dalam memulai
langkah awal dan merencanakan tahapan proses amal soleh dengan semangat hanya
kepadaNyalah manusia akan kembali. “Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka
Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan’.” (QS.
At-Taubah [9] : 105).
Berfikir ke akhir sangat penting agar mengetahui gambaran
ideal yang akan dibangun. Segala motivasi, keinginan, pemikiran, kemauan,
tindakan teroptimalkan mengarah pada gambaran ideal tersebut. Berfikir ke akhir
selalu dimunculkan dalam berbagai ayat dalam surat-surat di al-Qur'an, Zikir dan
doa, berupa gambaran fenomena kematian, hari akhir, surga, neraka, dan
keridhaan Allah agar membangunkan kesadaran, memelihara kesadaran,
menanamkannya dalam jiwa dan pikiran manusia sehingga memenuhi pikiran alam
sadar dan pikiran diluar sadar manusia. Dengan cara inilah lintasan niat dan
perasaan manusia terdorong menuju kebaikan. Inilah asal muasalnya sebuah
kebaikan yang terus ditumbuhkan dalam Islam.
Sepantasnya lah kita memohon saat bangun tidur dengan doa
nabi Musa yang merintih kepada Allah dengan sebuah harapan besar, “Ya Tuhanku
sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan
kepadaku.” (QS. Al-Qasas [28] : 24). Semoga bangun tidur kita adalah saat untuk
merasakan harapan menciptakan masa depan dan awal membuat gambaran kehidupan
yang akan dijalani.
sumber : www.eramuslim.com
sumber : www.eramuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk meninggalkan komentar, di bagian "Beri komentar sebagai:" yg ada di bawah, pilih opsi "Name/URL", kemudian isi nama anda pada kolom "Nama" & isi alamat website/blog/link anda pada kolom "URL" (bila tidak ada bisa dikosongkan) lalu klik "Lanjutkan". Setelah itu tulis komentar anda, jika sudah klik "Poskan Komentar" (di pojok kiri bawah). Terakhir, masukan kode acak yg tertera di gambar, lalu klik "Poskan Komentar"