Salah seekor kuda zebra di sebuah hutan mempunyai kelebihan
tersendiri di banding hewan-hewan liar lain. Sosoknya besar dan kekar, tapi
perangainya begitu lembut. Tidak heran kalau banyak hewan begitu hormat
padanya.
Sebegitu hormatnya, sebagian besar hewan bersepakat untuk
mendudukkan si zebra besar itu menjadi pemimpin mereka. Hampir hewan apa saja,
mulai dari burung, rusa, gajah, kuda, bahkan srigala sekalipun.
Hewan-hewan itu berharap banyak pada si zebra besar.
Terutama, agar si zebra besar bisa berani memimpin mereka melawan singa
gondrong yang selalu semena-mena. Hampir semua hewan-hewan itu pernah merasakan
keganasan dan kerakusan si singa gondrong.
Pertanyaannya, apa si zebra besar berani melawan si singa
gondrong? Inilah yang belum teruji. Para hewan hanya melihat dari tampilan luar
si zebra, dan mereka pun berkesimpulan sendiri bahwa si zebra berani melawan si
singa.
Ternyata, penilaian mereka salah. Si zebra bukan hanya
takut, bahkan terang-terangan menyatakan kalau ia tidak akan pernah mengajak
hewan-hewan melakukan perlawanan terhadap si singa.
“Saudara-saudaraku, berpikirlah kedepan. Singa gondrong
memang rakus, tapi ia masih mempunyai sifat baik. Jangan lakukan perlawanan,
marilah kita kerjasama dengan dia!” ucap si zebra besar dalam pidato
politiknya.
Mulai saat itu, para hewan mulai tidak suka dengan si zebra
besar. Tapi, mereka masih berharap kalau si zebra besar akan berubah sikap.
Karena saat ini, mereka menilai belum ada pemimpin yang sebaik si zebra besar.
Mulailah hari-hari kebimbangan merasuki warga hewan di
belantara yang subur dengan begitu banyak makanan itu. Sementara, sosok singa
gondrong kian rakus dan jahat. Tidak heran jika warga hutan mulai tidak lagi
mengakui kepemimpinan si zebra besar.
Suatu kali, si zebra besar meminta warga hewan untuk
berkumpul. Ada beberapa pernyataan penting yang ingin ia sampaikan. Ada isu
kalau si zebra akan mengundurkan diri.
“Saudara-saudaraku, banyak desas-desus yang menyatakan kalau
aku takut dengan singa gondrong. Itu salah! Aku tidak pernah takut dengan dia.
Saya meminta agar kita tetap berkerja dan berkerja. Suatu saat, kita akan
melawan kezaliman itu!” tegas si zebra yang disambut tepuk tangan dari warga
yang hadir.
Usai menyampaikan pidato, si zebra besar dihampiri salah
satu hewan kepercayaannya, kancil. Si kancil pun mengungkapkan keheranannya.
“Waduh, hebat sekali pidatonya, Pak. Tapi, apa bapak memang benar-benar berani
melawan si singa gondrong?” ucap si kancil dengan ramah dan penuh hormat.
Si zebra besar pun agak kikuk menjawab. Ia menoleh ke kiri
dan ke kanan untuk memastikan tidak ada hewan di sekitar situ. Dan ucapnya,
“Hm, anu Cil. Sebetulnya aku berani mengatakan seperti itu karena diminta oleh
si singa gondrong….”
**
Salah satu sifat
buruk pemimpin suatu kaum adalah penakut. Sifat inilah yang menjadikan
orang-orang yang dipimpinnya terkungkung dalam ‘kepasrahan’ dari keganasan para
penjahat yang terus-menerus menguras kekayaan kaum itu.
Karena itu, berhati-hatilah dengan sifat berani yang
tiba-tiba muncul dari pemimpin penakut itu. Boleh jadi, keberaniannya hanya
tipuan. Ia tiba-tiba seperti berani lantaran didorong rasa takutnya yang paling
besar: jatuh dari kekuasaan.
Sumber : eramuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk meninggalkan komentar, di bagian "Beri komentar sebagai:" yg ada di bawah, pilih opsi "Name/URL", kemudian isi nama anda pada kolom "Nama" & isi alamat website/blog/link anda pada kolom "URL" (bila tidak ada bisa dikosongkan) lalu klik "Lanjutkan". Setelah itu tulis komentar anda, jika sudah klik "Poskan Komentar" (di pojok kiri bawah). Terakhir, masukan kode acak yg tertera di gambar, lalu klik "Poskan Komentar"