Dalam sebuah keheningan malam, seekor anak kelinci tampak
gelisah dalam lubang nyaman keluarganya. Entah kenapa, matanya sulit untuk
dipejamkan. Pikirannya selalu menerawang ke arah gelap yang membuat suasana
kian hening.
“Ayah, kenapa di sebagian hidup kita selalu ada malam yang
membuat hening?” tanya sang anak kelinci kepada ayahnya yang tiba-tiba
terbangun.
Setelah berpikir sebentar, sang ayah kelinci menjawab,
“Begitulah Yang Maha Kuasa menciptakan keseimbangan dalam hidup kita. Ada
saatnya kita bergerak, berlari, mencari makan, dan ada saatnya kita
beristirahat.”
“Ayah, bukankah kita bisa istirahat dalam suasana terang?”
sergah sang anak kelinci di luar dugaan ayahnya.
“Anakku, dalam diri kita ada ego, nafsu yang selalu memaksa
kita untuk memenuhi kemanjaan-kemanjaannya. Kepuasannya tidak akan pernah
berakhir hingga kita mati. Karena itulah, Yang Maha Bijaksana menciptakan malam
untuk memaksa kita tidak lagi menuruti ego atau nafsu,” ucap sang ayah kelinci
panjang.
“Tapi ayah, aku tidak bisa terlalu lama mengisi malam hanya
dengan istirahat. Seperti yang kualami malam ini,” ungkap si anak kelinci lagi.
“Anakku, malam hanya bentuk dari sebuah keadaan. Isi yang
utamanya adalah keheningan. Saat itulah, makhluk hidup seperti kita terpenjara
alam ketidakberdayaannya. Dan saat itulah, kita tersadarkan dengan kesalahan,
kekhilafan, kelengahan atas apa yang telah kita lakukan di siang tadi agar
tidak lagi terulang esoknya. Itulah istirahat yang sebenarnya,” jelas sang ayah
kelinci.
***
Hiruk pikuk kehidupan selama sebelas bulan dalam putaran
satu tahun, seperti memenjara kita dalam ruang sempit yang dikuasai nafsu dan
syahwat. Seluruh raga terus ingin bergerak memenuhi perintah syahwat untuk
mendapatkan kepuasan sesuatu: harta, seks, kekuasaan, kepemilikan, dan
sejenisnya.
Allah swt. memaksa hamba-hambaNya yang Ia cintai untuk
sejenak berada dalam keheningan. Keheningan malam yang memberikan ruang bagi
ruhani bergerak mengalahkan syahwat, untuk terbang ke langit meninggalkan
hinanya tarikan dunia.
Dan, keheningan beberapa hari terakhir di bulan suci ini
untuk melihat wajah dunia sebelas bulan kita apa adanya. Untuk sesaat,
memenjarakan syahwat yang selama ini telah menjadi tuan dalam diri kita.
(muhammadnuh@eramuslim.com)
Sumber : www.eramuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Untuk meninggalkan komentar, di bagian "Beri komentar sebagai:" yg ada di bawah, pilih opsi "Name/URL", kemudian isi nama anda pada kolom "Nama" & isi alamat website/blog/link anda pada kolom "URL" (bila tidak ada bisa dikosongkan) lalu klik "Lanjutkan". Setelah itu tulis komentar anda, jika sudah klik "Poskan Komentar" (di pojok kiri bawah). Terakhir, masukan kode acak yg tertera di gambar, lalu klik "Poskan Komentar"