Siraaj
Kamis, 5 Juli 2012 16:08:19
Kamis, 5 Juli 2012 16:08:19
Arrahmah.com - Pada (31/5/2012) di Belgia,
seorang Muslimah ditangkap oleh polisi karena memakai niqab (cadar),
Muslimah itu tiba-tiba didatangi oleh polisi dan dan diminta untuk
membuka cadarnya untuk pemeriksaan identitas, namun setelah pemeriksaan
identitas, polisi tetap memaksa Muslimah itu untuk dibawa ke kantor
polisi. Di kantor polisi, ia dicaci maki, pakaiannya dirobek-robek, dan
dipukuli hingga ia mengalami gegar otak dan luka-luka yang mengharuskan
ia dirawat di rumah sakit.
Berikut ini ia menceritakan fakta bagaimana insiden itu terjadi
hingga ia harus dibawa ke gawat darurat. Diterjemahkan dari video dan
transkrip yang dipublikasikan oleh Izharudeen.com.
Cerita berikut mungkin hanya satu dari sekian kasus diskriminasi dan
kekejaman yang terjadi di Eropa terhadap saudari-saudari kita yang
memakai niqab.
***
Bissmillahirrahmanirrahiim
Semoga salam dan keberkahan tercurah kepada mereka yang mengikuti kebenaran.
Saya adalah Stephanie Djato, saya seorang gadis muda yang diserang
pada saat pemeriksaan identitas oleh polisi Molenbeek, saya seorang
Muslimah yang telah masuk Islam empat tahun lalu. Dan sekarang saya
memakai niqab selama hampir 4 tahun. Dan selama itu saya tidak pernah
menemukan masalah karena niqab ini hingga pada hari di tanggal 31 Mei
2012.
Jadi, saya akan memberikan fakta berdasarkan versi saya. Sebelum saya
memulainya, izinkan saya mengatakan bahwa saya tidak menyeru untuk
kebencian atau apapun. Video ini, hanyalah dibuat dengan tujuan untuk
mengklarifikasi masalah sebenarnya dan untuk memberitahu kebenarannya,
karena semua yang disebarkan oleh orang-orang sejauh ini hanyalah
kebohongan.
Jadi, pada hari Kamis pagi itu pada 31 Mei 2012, saya duduk di
deretan trem di Jette dan bukan Molenbeek seperti yang media klaim. Saya
sedang menunggu trem (transportasi umum listrik –red) menuju rumah
sakit di mana saya punya janji pada jam 12. Sebuah janji yang cukup
penting. Kemudian datanglah 2 petugas polisi menghampiri saya dan
meminta saya untuk menunjukkan kartu identitas (ID) saya. Saya langsung
bekerjasama dan saya telah memberikan ID saya tanpa membuat masalah
apapun. Kemudian mereka bertanya apakah saya mau melepaskan niqab saya
sehingga mereka dapat mengidentifikasi saya.
Saya jawab, itu bukan masalah, tetapi setelah pemeriksaan ID saya
akan menutup wajah saya kembali. Pernyataan saya membuat marah para
petugas polisi itu. Mereka mengatakan bahwa hukum melarang burqa dan
bahwa saya tidak memiliki hak untuk memakai burqa saya kembali setelah
pemeriksaan ID dilakukan. Tentu saja saya menolaknya. Kemudian saya
menjelaskan kepada mereka bahwa ini bukan pertama kalinya saya menjadi
sasaran pemeriksaan ID semacam ini oleh polisi dan polisi tidak pernah
meminta saya untuk melepaskan niqab saya lagi setelah pemeriksaan
selesai. Umumnya, sebuah pemeriksaan ID berlangsung dengan mudah, pada
pemeriksaan ID lalu, saya memberikan ID saya, saya menunjukkan wajah
saya kepada polisi dan mereka mengidentifikasi saya dan mereka
membiarkan saya pergi tanpa masalah, tetapi tentu saja dengan denda yang
selalu saya bayar setelah itu.
Tetapi pada 31 Mei itu, tidak berlangsung sebagaimana pemeriksaan ID
sebelumnya, hal itu benar-benar berlangsung salah. Alasannya mengapa,
saya tidak tahu. Setelah saya menolak untuk melepaskan niqab saya secara
permanen setelah pemeriksaan ID, mereka menawarkan, sebenarnya mereka
bukan menawarkan kepada saya tetapi mereka telah memaksa saya untuk
masuk ke dalam mobil untuk membawa saya ke kantor polisi. Saya masuk ke
dalam mobil tanpa membuat masalah apapun, saya bangkit dari tempat
pemberhentian dan telah mengikuti mereka masuk ke dalam mobil dan saya
dibawa di dalam mobil.
Saat itu di mobil saya ingin mengambil telepon saya untuk memberitahu
rumah sakit bahwa saya tidak akan tepat waktu mengenai janji saya
karena saya terlambat, telah pukul 11:30 dan saya punya janji pukul 12,
jadi saya sadar pasti bahwa saya terlambat satu jam.
Polisi wanita yang berada di kursi belakang bersama saya berusaha
menarik telepon saya. Dia mengatakan bahwa saya telah dicabut dari
kebebasan saya dan bahwa saya tidak punya hak untuk menelepon. Terkait
ini maka saya menjawab bahwa saya punya pertemuan yang sangat penting,
saya tidak bisa melewatkan janji ini dan biarkan saya untuk memberitahu
mereka dan meminta apakah ada kemungkinan saya bisa datang kemudian
setelah pemeriksaan ID ini selesai. Petugas polisi itu kemudian
menjawab: "Dengarkan, tidak perlu kau memberitahu mereka bahwa kau akan
terlambat hari ini karena kau sedang tidak pergi ke rumah sakit. Kau
akan berada selama 24 jam di sel penjara!."
Maka saya menjawab: "Apakah ini sebuah ancaman?", dia menjawab:
"Tidak, sama sekali tidak. Tetapi kami akan mengajarimu sebuah
pelajaran jadi kau belajar untuk menghormati hukum!."
Kalian harus tahu bahwa di sana telah terjadi ancaman, hinaan,
komentar-komentar rasis ditujukan langsung kepada keimanan saya, niqab
saya…
Tetapi di dalam mobil tidak ada kekerasan. Saya ingin menekankan,
karena para jurnalis mengatakan bahwa polisi telah menyerang saya pada
saat awal pemeriksaan ID, ini tidak benar. Sehingga pada poin ini tidak
ada kekerasan, tidak dari pihak saya atau dari pihak mereka.
Ketika tiba di kantor polisi, mereka menempatkan saya di sebuah
ruangan, itu bukan sebuah kantor, itu seperti ruang penyimpanan. Di sana
mereka menginggalkan saya dengan keberadaan 3 wanita yang
mengintimidasi dan mencaci saya, dan lain-lain. Mereka meminta saya
melepaskan cadar saya, setidaknya ini yang saya pahami dari pertanyaan
mereka, mereka menjawab: "ini bukan apa yang kami maksud. Maksud kami
adalah semuanya. Apa yang menutupi wajahmu, rambut dan tubuhmu kau harus
lepaskan. Kau harus melepaskan semuanya!." Maka saya menolak karena
saya tidak mengerti mengapa saya harus menanggalkan pakaian sepenuhnya
untuk sebuah pemeriksaan ID. Saya mendapati bahwa ini adalah sebuah
ketidakadilan besar dan penghinaan jadi saya menolaknya. Kemudian mereka
mulai mencaci saya, mereka mengatakan bahwa kita tidak sedang berada di
dalam sebuah sirkus, lepaskan kostum itu, dan segala pernyataan yang
menyerang,…
Saya tetap teguh, saya tidak ingin diri saya sendiri menanggalkan
pakaian di hadapan siapapun dan pastinya tidak di hadapan wanita
non-Muslim. Ini hal yang tidak terpikirkan oleh saya. Kemudian saya
berkata dengan jelas bahwa saya tidak akan sepenuhnya melepaskan niqab
saya, saya tunjukkan wajah saya, kalian dapat mengidentifikasi saya dan
saya tidak akan menanggalkan pakaian. Kemudian mereka berkata, jika kau
tidak ingin menanggalkan pakaian sendiri secara rela kami akan memaksamu
untuk menanggalkan pakaian.
Pada saat itu seorang petugas polisi melompat ke belakang saya,
memegang tangan saya di balik punggung saya untuk menahan. Dan dua
lainnya menghampiri saya untuk memaksa saya melepaskan jilbab saya.
Karena itu adalah jilbab yang panjang dengan kancing dan ikatan, mereka
mendapatkan kesulitan untuk melepaskannya. Saya melawan atas penanggalan
pakaian ini dan mereka menendang saya, dan memukul perut saya dan
sedikit ke semua bagian.
Pada saat yang sama dia berusaha untuk merobek jilbab saya. Para
wanita yang mengalami kesulitan untuk melepaskan jilbab saya kemudian
memanggil bantuan laki-laki untuk datang untuk menolong mereka. Ketika
para pria itu datang, mereka tiba-tiba mulai memukuli saya sedikit di
semua bagian di tubuh saya. Mereka terus menarik jilbab saya yang mereka
lakukan di sebagian besar bagian tetapi masih menempel di leher dan
pergelangan tangan saya. Pada saat itu mereka meminta bantuan pria
ketiga yang disuruh untuk membawa gunting. Mereka mendorong saya ke
lantai dan petugas pria duduk di bokong saya dan ia mulai menggunting
baju saya. Jilbab saya, niqab dan pakaian dalam.
Jadi saya berada di lantai dengan polisi di punggung saya yang
merobek baju saya dengan gunting dan sisanya dengan tangannya. Sementara
itu, saya ditendang lagi di wajah saya dan dipukul di tubuh saya oleh
dua polisi yang berdiri di samping saya. Ada tendangan yang menyebabkan
saya gegar otak. Gegar otak saya benar-benar disebabkan oleh
tendangan-tendangan ke kepala saya. Ketika saya berbaring di lantai, dia
(polisi wanita) membenturkan kepala saya ke ubin lantai. Pada saat itu,
seorang polisi laki-laki datang dan dia memborgol tangan saya. Dengan
tangan saya di belakang punggun saya.
Rambut saya diikat dalam simpul, dia menarik karet gelang dari rambut
saya dan dia menarik saya dengan rambut saya dan menempatkan saya di
kaki saya. Dia menarik rambut saya dan borgol saya, dan saya duduk
dengan kedua lutut saya. Kemudian salah satu polisi yang berada di depan
saya dan memukuli saya pada wajah, saya berusaha untuk membela diri dan
terus-menerus mengalihkan wajah saya dari pukulan petugas polisi.
Kepala saya tiba-tiba menghantam kepalanya yang menyebabkan petugas
polisi itu patah hidungnya.
Saya ingin mengklarifikasi bahwa ini bukan niat saya, ini terjadi
pada saat perkelahian di mana semua agen itu memukuli saya dan saya
ingin mempertahankan diri saya dari pukulan-pukulan mereka, dan pastinya
terhadap wajah saya, karena pukulan dan tendangan keras tiba di kepala
saya. Kemudian kepala saya menghantam hidung petugas polisi wanita itu.
Ketika dia mendapatkan tandukan kepala dia marah besar. Itu saatnya
polisi benar-benar menjadi liar dan mereka melemparkan saya kembali ke
lantai dan mulai menanggalkan pakaian saya sepenuhnya, mereka mulai
menggunting pakaian dalam saya dan melepas celana panjang saya. Saya
menjadi telanjang. Seorang pria duduk di atas saya dan mengatakan: "Kami
akan menunjukkan kepadamu hal-hal yang lebih buruk dari Guantanamo!,"
dia berkata: "Ini lebih buruk daripada Guantanamo," dan mereka mulai
tertawa. Mereka menyakiti saya, seorang Muslimah, Islam…
Di sana ada beberapa bagian kecil kain yang tergantung di leher saya,
pria yang duduk di atas saya menariknya kembali, dia mencekik saya
dengan potongan niqab saya.
Saya mendapatkan kesan bahwa saya sedang sekarat, saya lemas, saya
tidak dapat bernafas, saya gemetar dan mata saya memutar ke belakang
(atas), saya panik. Saya pikir saya akan mati. Saya menjerit dalam
kepanikan, gelisah, saya sangat stress, saya berteriak: "Hentikan,
tolong hentikan, saya akan melakukan apa yang kalian inginkan, tetapi
tolong hentikan, hentikan penyiksaan ini saya akan melakukan apa yang
kalian inginkan, kalian mau membunuh saya!".
Kemudian mereka menjawab: "Kau bisa mati!" dan kemudian mereka
menghina saya, mereka mengatakan hal-hal yang tidak dapat disebutkan.
Pada saat itu, saya menerima banyak sekali pukulan, saya pingsan di
lantai, saya tidak dapat bergerak, dan saya berteriak sangat banyak
sehingga saya tidak bisa berteriak lagi. Kemudian saya mengingat
kata-kata terakhir yang saya dapat katakan, itu adalah do'a yang mana
saya memohon kepada Allah untuk mematahkan punggung mereka, dan untuk
menghukum mereka atas semua ketidakadilan yang mereka lakukan terhadap
saya. Ketika dia (polisi wanita) mendengarnya, mereka benar-benar
membantai saya, mereka tidak tahan dengan kata-kata itu, namun saya
bersumpah bahwa saya tidak menyinggung. Dan saya memohon sebelumnya
untuk berhenti menyerang saya. Mereka telah memukuli saya sangat
sampai-sampai saya tidak dapat bicara dan bergerak.
Ketika mereka menyadari bahwa mereka telah terlalu jauh dan mereka
mengambil celana panjang saya kembali dan mereka menutupi saya pada
bagian atas. Mereka menyeret saya sehingga saya dapat bangun dan mereka
menyeret saya ke departemen polisi di depan semua rekan mereka.
Rekan-rekan mereka itu bertanya, "Siapa ini?", polisi berkata: "Ini
adalah seorang burqa, ini adalah seorang burqa!." Bagi saya ini adalah
penghinaan tiga kali lipat karena saya setengah telanjang dan ini adalah
penghinaan besar terhadap saya, karena saya merasakan bagaiamana setiap
orang memandang saya, saya merasa kotor dengan mata-mata mereka yang
fokus terhadap tubuh saya, ini adalah penghinaan bagi saya.
Mereka mengarak saya selama 5 menit atau lebih di seluruh kantor
polisi. Dan mereka memekik: "Lihatlah, lihatlah ini seorang burqa (gadis
berpakaian burqa –red)!."
Dan sampai akhir, mereka melemparkan saya di dalam sebuah sel selama 2
jam. Saya mereka sangat mual, saya mendapatkan masalah, saya mulai
bergetar dan mulai muntah dan terus muntah, saya sangat sakit. Setelah
itu mereka terpaksa untuk memanggil seorang dokter. Mereka tiba-tiba
mengirim saya ke UGD. Saya sekarang akan bercerita bagaimana mereka
membawa saya dari kantor polisi ke UGD.
Beberapa rumor merebak bahwa saya meninggalkan di kantor polisi dalam
keadaan telanjang, beberapa mengatakan bahwa saya benar-benar tertutup
dengan jilbab saya ketika saya meninggalkan kantor polisi, ini
setidaknya apa yang polisi klaim.
Ini sungguh tidak benar. Apa yang terjadi, saya akan jelaskan. Ketika
mereka menarik saya keluar dari penjara, dan mereka mengatakan saya
akan dibawa ke rumah sakit, saya meminta mereka untuk memberikan kembali
jilbab saya sehingga saya dapat meninggalkan kantor polisi dengan kain
penutup. Ketika saya berusaha untuk menutupi diri saya saya melihat
jilbab saya telah robek jadi saya tidak dapat memakainya kembali.
Kemudian saya mengatakan kepada mereka bahwa saya tidak akan
meninggalkan kantor polisi dengan keadaan setengah telanjang. Lalu saya
meminta apakah saya dapat menelepon seseorang, seseorang yang dapat
memberi saya pakaian untuk menutupi tubuh saya, sebuah jilbab. Saya
kemudian menelepon seseorang dan orang itu berkata bahwa dia akan berada
di sana (kantor polisi) dalam satu jam. Orang itu meminta polisi untuk
menunggu. Polisi itu kemudian menjawab bahwa mereka tidak punya waktu
untuk menunggu. Dan dia memintanya untuk mengirim ke rumah sakit.
Kemudian mereka membawa saya ke luar kantor polisi dengan setengah
telanjang, hanya dengan celana panjang dan atasan kecil, tanpa pakaian
dalam. Saya tidak memiliki rompi, tidak juga jilbab atau apapun. Mereka
membawa saya seperti itu ke UGD. Sementara polisi berharap untuk
pernyataan dari dokter bahwa saya dapat meninggalkan rumah sakit untuk
kembali ke sel, meskipun kondisi medis saya. Dokter menolaknya. Setelah
beberapa pemeriksaan, dokter menemukan bahwa saya mengalami gegar otak
dan luka-luka.
Dokter telah memiliki beberapa daftar dan juga laporan yang disusun.
Sehingga bagi mereka yang mengatakan apa yang saya katakan, saya
memiliki bukti-bukti laporan yang membenarkan apa yang saya katakan dan
saya memiliki semua dokumennya.
Jadi saya pikir, saya telah menceritakan semuanya, kebenaran, versi
sebenarnya dari fakta-fakta. Tentu saya menceritakan semuanya pada
umumnya saja tanpa terlalu rinci. Hal terpenting yang perlu kalian
ketahui. Saya menekankan bahwa saya merekam video ini semata-mata dengan
tujuan untuk menceritakan kebenaran kepada semua orang. Orang-orang
Muslim, non-Muslim, saya mengklarifikasi bahwa saya tidak menyeru untuk
kebencian. Saya berharap cerita ini akan mengakhiri kebohongan, dan
kebenaran yang berlaku.
(muslimahzone.com/arrahmah.com))
artikelnya bagus.
BalasHapusterimakasih atas informasinya semoga bermanfaat
artikelnya bagus,terimakasih atas informasinya
BalasHapusizin share gan_
bermanfaat bgt,
BalasHapusterimakasih ats informasinya,.
izin share
ijin nyimak
BalasHapus